4 Juni 2025

Penaut Hati

Penaut hati
Fia Shofia

Aku tatap mata biru satin itu
Pancaran kehangatan muncul
Benak terasa tersulut api begitu saja
Aku terpana

Pemilik mata indah
Namun sayang senyum sinis merusaknya
Ada apa gerangan?
Apa yang salah?

Tolonglah
Jangan redupkan indah matamu dengan keangkuhan
Nuraniku memberontak
Teramat sayang

Pacitan, Desember 2019

25 Juni 2024

Tempat Aku Pulang


Lampu temaram di sudut pagar
Di temani rintik gerimis
Aromanya mengikat
Kulihat tetesan hujan
Di balik jendela kamar

Tirai berkelebat diterpa embus angin
Rintik hujan bernada
Harmoni indah saling menyahut
Memeluk jiwa yang ruai

Namun di rumahku
Ada hal istimewa
Senyum mereka tulus
Merekah memberi motivasi
Bahwa hidup akan baik-baik saja
Tidak akan mengingkar

Rumahku
Adalah tempat di mana aku pulang
Rumahku
Di mana tempat aku menebus rindu

Ovj Pacitan, 19 Maret 2019

Potret Keadilan


Tangan tua itu mengusap rambutnya yang putih
Kulit keriput itu menandakan kelemahannya
Mata rabun itu mengisyaratkan kesedihannya
Baju kumal itu menandakan kemiskinannya

Ketika meja hijau menjadi jalan akhir
keputusan hukum telah bulat
Palu telah diketuk
Ia menangis terisak
Menahan rasa perih hati tertusuk belati
Hanya, hanya karena dua batang pohon
Yang dibawanya

Ia harus rela sepuluh tahun hidup di balik jeruji 
Hanya karena dua batang 
Ia harus menjalani sisa kehidupan di bui
Sedangkan di sana para koruptor
Mencuri uang negara
Merugikan banyak rakyat
Mereka bebas tertawa berfoya-foya

Apakah ini yang disebut keadilan?
Apakah hukum negeriku adil?
Ketika hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Mengapa?

16 Juli 2023

Hilang Arah


Dunia begitu gelap
Seakan semua tertelan
Hitam pekat
Tidak tersisa

Bimbang menyergap
Harus bagaimana?

Takut melangkah
Takut tersandung, lalu terjatuh
Memilih berdiam menunggu keajaiban
Cahaya yang tak pernah datang

Lalu kecewa
Memaki apa yang ada
Perlahan merasa lelah
Lalu meratap

Merunduk, terjatuh, terkubur
Semakin dalam
Tak ada jalan
Akhirnya mati dengan kesia-siaan

                   
                                          Pacitan, 2021


6 Agustus 2022

Tentang Senja




Tentang Senja

Fia Shofia

Semburat jingga
menghiasi ufuk barat
Awan berarak perlahan
Membentang di sudut cakrawala

Angin berdebu menari
Menemani senja kala musim pancaroba
Anak-anak berlarian
Di iringi seruan-seruan dari balik  daun jendela
Menyuruhnya kembali pulang


Suara lenguhan kerbau dari kejauhan
Saling bersambut
Burung-burung kembali ke rumah
Seakan terburu-buru
Takut datang gelap menyelimuti

luasnya padi tampak menguning
Pertanda esok lusa siap panen
Tertimpa cahaya sore
Redup menenangkan

Lantunan gemerisik daun
Seirama dengan panggilan Illahi
Menandakan waktu mensyukuri
Apa yang telah di dapat hari ini.

             
                                           Pacitan, 2022



25 Desember 2021

PUPUS


Pupus 
Fia Shofia


Ketika rintih sendu tak ada lagi harap
Ia berteriak tak berguna
Hingga lelah tak pernah ada gagas
Lalu  Ia berbisik lembut perlahan
Membisikkan kata-kata buaian
Membelai tiap telinga insan

Perlahan ia membawa kesenduan
Ia peluk dalam dekapan
Ia rajai segala perasaan
Merengkuh segala gundah yang ada

Pagi menjelma menjadi gelap
Menatar pucuk segala harap
Meretas segala mimpi
Hingga hitamnya menguasai

Rawalumbu, 2017

1 Juni 2021

Mengeja Pagi


Kicauan burung telah menghiasi pagi

Mematut-matut hati untuk tegap berdiri

Menyirami bunga yang hampir layu di ruang mimpi

Pagi telah menawarkan senyum ramah

Seramah sabit di bulan baru

Namun aku masih saja risau,

Enggan menatap langit yang biru

yang mengajakku mengeja pagi

Memuntahkan sisa resah semalam

Kata Subuh seindah pagi hari penuh makna,

bagiku semua ini hanyalah tanda tanya?


                                                      Pacitan, 2021